Racism in Indonesia, So Yesterday

Di waktu luang, seperti biasa saya iseng memeriksa apa yang menarik di linimasa sosial media Twitter. Salah satu yang menarik perhatian datang dari Jakarta Post yang menulis: “Jakarta welcomes first ethnic Chinese governor.” Ibukota Jakarta untuk pertama kalinya punya gubernur berdarah Tionghoa. Menyambut positif headline ini, saya pun me-retweet sekalian menjawab penasaran saya dengan reaksi followers terhadap fenomena ini.

Muncul satu respon dari salah satu follower : “Emang rela mba Jakarta dipimpin orang Chinese?”

Mencengangkan bukan? Setidaknya menurut saya ini jawaban yang sangat mencengangkan — sebuah pikiran yang luar biasa kerdil dan sempit.

Pokok permasalahan yang mestinya kita diskusikan tentu bukan pada ras, tetapi pada kemampuan seseorang menjalankan sebuah tugas.

Kalau mau bicara mengenai etnis/ras, mari kita tengok para pejabat korup yang sedang mendekam di sejumlah rumah tahanan di Indonesia. Ada yang pribumi, ada yang Tionghoa, ada yang Arab, ada yang dari wilayah Barat Indonesia, ada yang dari Timur. Intinya, semua ras pasti ada yang baik dan ada yang busuk. Sehingga salah besar ketika kita menggunakan ras untuk menilai kualitas pribadi dan kinerja seseorang.

Marilah bersama kita ubah cara pandang kita, pertajam analisa. Kini bukan saatnya lagi kita warga Indonesia sekedar menelan mentah-mentah stereotip tak substantif dan tidak berdasar seperti ini. Ketika kita pandai, negara kita otomatis akan maju. Ayo Indonesia!

%d bloggers like this: