Hati Tenang. Stress Jauh. Hidup Lebih Lama.

Salah satu yang menyenangkan menjadi seorang jurnalis adalah ketika bertemu dengan narasumber. Mereka bak buku yang hidup. Masing-masing punya kisah menarik untuk kita cerna dan kemudian refleksikan. 

Minggu lalu saya sempat berbincang dengan kawan baru. Ia seorang pemilik kedai kopi trendi di bilangan Jakarta Barat. Sebut saja namanya Nyonya Lee. Yang awalnya berencana wawancara singkat tentang kedai kopi a la Baratnya, berlanjut menjadi cengkerama panjang tentang hidup hanya karena kami berdua punya kesamaan — pernah mengenyam pendidikan di Sydney, Australia.

Sambil makan sepotong kue coklat dengan krim jeruk, secangkir kopi hangat dan alunan musik jazz easy listening, mulailah Nyonya Lee bercerita. Ia bersaudara sembilan. Kebanyakan dari mereka tinggal di Australia atau negara barat lainnya. Satu per satu ia ceritakan dengan antusias. Namun keceriaannya hilang ketika bercerita tentang satu saudara perempuannya. Ia meninggal di usia 30 tahun karena kanker. “Ya. Dia tinggal di Sydney. Padahal makannya bagus. Olah raga teratur. Hidup sehat pokoknya,” kata Nyonya Lee. Melihat wajah saya yang bingung, ia menyambung kalimatnya, “tapi ya itu . . . Stress. Dengan suami dan perceraiannya.” Ketika melihat raut wajah Nyonya Lee, saya memutuskan untuk tidak menanyakan lebih detil perceraian dan sakit sang kakak perempuan. 

Hidup kita memang tidak jauh dari dua macam emosi: negatif dan positif. Saat hal-hal menyenangkan bertandang dalam hidup, nikmati seakan tak ada hari esok. Ketika malang datang dan menyakiti hati, menangislah sampai rasa sakit mereda. Perasaan negatif membuat kita stress, akhirnya tidak nyaman secara fisik dan mental. Ketika kita stress, tanpa kita sadari kita bunuh diri/memperpendek hidup, karena penyakit mematikan biasanya merupakan hasil mutasi buruk yang berakar dari stress. Bicaralah pada orang terkasih atau yang Anda percaya yang bisa obyektif dan menyejukkan hati — apakah itu orang tua, pasangan, atau teman dekat. Beruntung dari curahan hati ini, muncullah solusi dari problema yang kita hadapi. Ketika hati tak kunjung tenang, ada satu cara: meditasi (sesuai dengan kepercayaan masing-masing). Carilah tempat yang tenang dan mulailah bicara pada Sang Pencipta layaknya meluapkan curahan hati dengan seorang teman lama. Hati tenang. Stress jauh. Hidup lebih lama. 

Image

Photo by: Holstee Manifesto

 

 

%d bloggers like this: